Kamis, 26 Maret 2015

TUTORIAL ADOBE PHOTOSHOP

  1. Tekan CTRL+N untuk membuat canvas/halaman baru dan tentukan ukuran yang anda inginkan. 
  2. Pilih Gradient tool. 
                            

  3. Pilih jenis gradient yaitu radial gradient.
                           

  4. Tentukan warna pada Foreground Color.
                            

  5. Tarik gradient dari tengah canvas ke luar canvas.
                                 

                                
  6. Buat Layer Baru .
                                   

  7. Lalu pilih Custom Shape Tool.
                                        

  8. Pilih jenis shape. Disini saya memilih “Registration Target2″.
                                       

  9. Tahan dan tarik hingga lingkaran shape berada diluar canvas. Atau sesuai yang anda inginkan.
                                          

  10. Setelah rapi klik tanda centang atau CTRL+enter. Untuk melihat hasilnya, coba klik pada layer lain, misalnya background. Dan Hasilnya seperti ini.
                                           

                             

PRINSIP-PRINSIP DESAIN KOMUNIKASI VISUAL



        Istilah Desain Komunikasi Visual sudah sering didengar, namun masih saja banyak yang belum mengetahui sebenarnya istilah tersebut dan sejauh mana ruang lingkup hingga pengaruhnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagian orang secara gampang mengartikan Desain Komunikasi Visual identik dengan tukang reklame atau pekerjaan tukang bikin iklan di sepanjang jalan dengan papan nama yang bertuliskan advertising  menerima pesanan sepanduk satu jam jadi, cetak undangan, sablon dll. Itulah gambaran sekilas dari sebagian masyarakat kita, sehingga mereka memandang sebelah mata orang yang bergelut di dunia desain.
Ada juga sebagian orang yang mengira bahwa Desain Komunikasi Visual ( DKV ) itu identik dengan iklan. Memang tidaklah salah pernyataan tersebut, namun juga tidak sepenuhnya benar. Iklan hanya salah satu bidang yang dihasilkan oleh desain komunikasi visual.
Sedangkan menurut sumber dari wikipedia Desain komunikasi visual atau lebih dikenal di kalangan civitas akademik di Indonesia dengan singkatan DKV pada dasarnya merupakan istilah penggambaran untuk proses pengolahan media dalam berkomunikasi mengenai pengungkapan ide atau penyampaian informasi yang bisa terbaca atau terlihat. Desain Komunikasi Visual erat kaitannya dengan penggunaan tanda-tanda (signs), gambar (drawing), lambang dan simbol, ilmu dalam penulisan huruf (tipografi), ilustrasi dan warna yang kesemuanya berkaitan dengan indera penglihatan.

      Proses komunikasi disini melalui eksplorasi ide-ide dengan penambahan gambar baik itu berupa foto, diagram dan lain-lain serta warna selain penggunaan teks sehingga akan menghasilkan efek terhadap pihak yang melihat. Efek yang dihasilkan tergantung dari tujuan yang ingin disampaikan oleh penyampai pesan dan juga kemampuan dari penerima pesan untuk menguraikannya.
Bagi kalangan praktisi periklanan dan dunia akademik di bidang komunikasi istilah ini telah dikenal, walaupun  Desain Komunikasi Visual merupakan istilah yang baru (sebelumnya dikenal dengan desain grafis). Kalangan akademis menyebutnya pun beragam, ada yang menyebut sebagai DKV (Dekave ) atau DISKOMVIS, yang merupakan akronim dari  Desain Komunikasi Visual.
Tanpa kita sadari bila melihat penampakan visual sekeliling kita, sebenarnya kehidupan sehari-hari kita dilingkupi oleh produk-produk bidang  Desain Komunikasi Visual. Mulai dari kita bangun di pagi hari hingga terlelap di peraduan, Desain Komunikasi Visual mengiringi kita sepanjang hari hidup kita, baik di perkotaan hinggga pelosok pelosok desa di negeri ini bahkan dari ruang pribadi hingga ruang publik.

                                                  Asal Kata Desain Komunikasi Visual

     Jika kita memulai mendefinisikan  Desain Komunikasi Visual  ditinjau dari asal kata (etimologi) istilah ini terdiri dari tiga kata, desain diambil dari kata “designo” (Itali) yang artinya gambar. Sedang dalam bahasa Inggris desain diambil dari bahasa Latin designare) yang artinya merencanakan atau merancang. Dalam dunia seni rupa istilah desain dipadukan dengan reka bentuk, reka rupa, rancangan atau sketsa ide.
Kemudian kata komunikasi berarti menyampaikan suatu pesan dari komunikator ( penyampai pesan ) kepada komunikan (penerima pesan) melalui suatu media dengan maksud tertentu. Komunikasi sendiri berasal dari bahasa Inggris communication yang diambil dari bahasa Latin “communis” yang berarti “sama” ( dalam Bahasa Inggris:common ). Kemudian komunikasi kemudian dianggap sebagai proses menciptakan suatau kesamaan ( commonness ) atau suatau kesatuan pemikiran antara pengirim ( komunikator ) dan penerima ( komunikan ).
Sementara kata visual bermakna segala sesuatu yang dapat dilihat dan direspon oleh indera penglihatan kita yaitu mata. Berasal dari kata Latin videre yang artinya melihat yang kemudian dimasukkan ke dalam bahasa Inggris visual
.
                                                      Desain Komunikasi Visual

  Bisa dikatakan sebagai seni menyampaikan pesan ( arts of commmunication ) dengan menggunakan bahasa rupa ( visual language ) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sedang Bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto,tipografi/huruf  dan sebagainya yang disusun berdasarkan kaidah bahasa visual yang khas berdasar ilmu tata rupa.
Isi pesan diungkapkan secara kreatif dan komunikatif serta mengandung solusi untuk permasalahan yang hendak disampaikan (baik sosial maupun komersial ataupun berupa informasi, identifikasi maupun persuasi).

SEJARAH INDONESIA

     Cerita di Kongres Nasional Pertama Central Sarikat Islam 1916 di Bandung

               sarekat04 
     https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3392627923310552722#editor/target=post;postID=3130605445108549311Selama sepekan, tanggal 17 sampai 24 Juni 1916, di alun-alun Bandung seperti ada pasar malam. Bukan pasar malam sebenarnya yang sedang berlangsung, melainkan Kongres Sarikat Islam.
Panitia Kongres bertekad membuat waktu itu juga menjadi pekan untuk berpesta. Seluruh alun-alun dipajang, tarup pesta yang besar dibangun, dimana dibuka buffet untuk jualan makanan dan minuman yang dapat mengelus-ngelus lidah. Gubuk-gubuk dibangun berderet dalam garis yang rapih, dimana dipamerkan dan dijual macam-macam barang kerajinan rakyat. Hasil bersih dari usaha itu akan didarmakan kepada Sekolah Agama Islam yang belum berselang lama didirikan.
Para pengunjung yang akan datang, diduga terdiri dari segala lapisan masyarakat, tidak kurang-kurang dari lapisan atas. Karena itu penerimaan tamu jangan kurang menunjukan penghargaan kepada pengunjung-pengunjung itu. Para ibu guru dari Sekolah Keutamaan Putri dikerahkan untuk melayani tamu-tamu yang datang di buffet untuk menikmati makanan dan minuman yang dihidangkan. Dengan pakaian yang rapih dan tindak-tanduk yang sopan serta hormat, para ibu guru itu memperlihatkan kecantikan lahir dan batin, yang wanita-wanita Parahiangan pandai benar melaksanakannya. Pekan itu sekaligus bukti, bahwa wanita Indonesia, tidak ketinggalan dari saudaranya kaum pria dalam perjuangan mencapai kemajuan, yang pada waktu itu sedang meliputi kehidupan bangsa.
Tiap siang hari di alun-alun itu diadakan perlombaan olah raga, sedang tiap malam diadakan pertunjukan bioskop atau wayang. Penerangan alun-alun itu diatur sangat sempurna, sehingga hampir tidak ada bedanya waktu siang dan malam. Malah malam lebih menarik dengan lampion-lampion yang warna-warni, dan pajangan-pajangan yang baru menarik di waktu malam.
Pada hari Minggu siang tanggal 18 Juni diadakan pawai besar yang berjalan teratur melalui jalan-jalan raya Bandung. Semula pawai itu juga akan membawa Bendera Turki. Tapi maksud ini tidak dilaksanakan, berdasar larangan dari Assisten Residen.
Kongres Sarikat Islam yang berlangsung pada pekan itu lengkapnya dinamakan Kongres Nasional Pertama Central Sarikat Islam. Nama yang agak panjang ini tidak berlebihan dan tiap perkataan ada artinya. Sudah lebih dulu Sarikat Islam mengadakan Kongres, yang pertama di Surabaya, di tahun 1914. Tapi kongres itu adalah Kongres Lokal Sarikat Islam.
Sarikat Islam, yang didirikan pertama di Surakarta dalam tahun 1905, sangat menarik perhatian umum, sehingga dilain-lain tempat orang juga ingin mendirikan perkumpulan-perkumpulan dengan maksud dan tujuan yang sama. Izin baru diberikan oleh Pemerintah Kolonial pada tahun 1912, atau lebih tepat baru disahkan sebagai badan hukum (rechtspersoon) dalam tahun 1912. Dan badan hukum itu disahkan hanya untuk Sarikat Islam setempat demi setempat atau secara lokal. Kemudian baru tahun 1914 disahkan Central Sarikat Islam sebagai badan hukum yang meliputi seluruh tanah air.
Karena itu, waktu diadakan kongres di tahun 1916, maka kongres ini sudah meliputi Sarikat Islam di seluruh Hindia Belanda, dan tepatlah dinamakan Kongres Nasional Pertama. Nasional berarti dalam hubungan seluruh bangsa, tidak lagi setempat atau lokal. Di kemudian hari ada pergerakan lain yang kalau mengadakan kongres, kongres itu dinamakan dengan kata-kata seperti kongres Sarikat Islam. Kongres Nasional Pertama Partai Komunis. Untuk partai ini perkataan nasional dipakai untuk membedakan dari kongres internasional. Partai Komunis adalah partai yang sifatnya internasional, yang periodik mengadakan kongresnya. Kongres nasional bagi partai itu berarti terbatas di dalam satu bangsa saja.
Kongres Nasional Pertama Central Sarikat Islam ini dihadiri oleh 80 utusan dari Lokal Sarikat Islam dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali dan Sulawesi. Suatu jumlah yang pada waktu itu sudah merupakan jumlah yang tidak kecil.
Kongres tersebut terdiri dari 3 macam rapat
  1. Rapat pendahuluan pada hari Sabtu, tanggal 17 Juni 1916 dan rapat-rapat tertutup. Rapat-rapat ini hanya dihadiri oleh anggota dari Pimpinan Pusat, atau dengan nama yang dipakai waktu itu “Centraal Bestuur”
  2. Dua rapat terbuka di alun-alun, pada hari Minggu, tanggal 18 Juni dan Senin,19 Juni 1916, dimana tiap-tiap orang dapat datang dan mendengarkan pidato-pidato yang diadakan.
  3. Enam rapat di salah satu bangsal dari Societiet Concordia, yang hanya dapat dihadiri oleh para utusan dan anggota-anggota Sarikat Islam Lokal, serta undangan dan utusan dari pergerakan sahabat dan pers.
Yang paling penting dalam kongres itu, bagi sejarah perkembangan politik di Indonesia, ialah pidato Ketuanya Tjokroaminoto yang diucapkan pada rapat umum di alun-alun pada hari Minggu tanggal 18 Juni 1916.
Pada hari Minggu pagi rakyat sudah mulai datang berduyun-duyun di alun-alun Bandung. Di salah satu pojok dari alun-alun itu didirikan podium dimana Panitia Kongres dan Pengurus Centra Sarikat Islam mengambil tempat.
Pada saat yang ditentukan, maka datanglah anggota-anggota Pengurus Central Sarikat Islam, dengan berpakaian rok, yaitu celana hitam, jas buka hitam, bagian belakang panjang sampai di lutut, dengan dasi putih. Meskipun iklim Bandung agak dingin, tapi pakaian rok pasti masih sangat panas. Tapi begitulah rupa-rupanya protokol di waktu itu masih dijunjung tinggi.
Beberapa bagian dari pidato Tjokroaminoto, yang seluruhnya makan waktu dua jam, yang dikutip disini :
Semakin lama, semakin tambah kesadaran orang, baikpun di Nederland maupun di Hindia, bahwa “Pemerintahan sendiri” adalah perlu. Lebih lama lebih dirasakan, bahwa tidak patut lagi Hindia diperintah oleh Nederland, seperti tuan tanah mengurus persil-persilnya. Tidak patut lagi untuk memandang Hindia sebagai sapi perasan, yang hanya mendapat makan karena susunya; tidak pantas lagi untuk memandang negeri ini sebagai tempay untuk didatangi dengan maksud mencari untung, dan sekarang juga sudah tidak patut lagi, bahwa penduduknya, terutama putera-buminya, tidak punya hak untuk ikut bicara dalam urusan pemerintahan, yang mengatur nasibnya
Kita menyadari dan mengerti benar, bahwa mengadakan pemerintahan sendiri, adalah satu hal yang sangat sulit, dan bagi kita hal itu laksana suatu mimpi. Akan tetapi bukan impian dalam waktu tidur, tapi harapan yang tertentu, yang dapat dilaksanakan JIKA KITA BERUSAHA DENGAN SEGALA KEKUATAN YANG ADA PADA KITA, dan dengan memakai segala daya upaya melalui jalan yang benar dan menurut hukum”.
Di bawah Pemerintahan yang tiranik dan dholim, hak-hak dan kebebasan itu dicapai dengan REVOLUSI, sedang dari suatu pemerintahan yang bijaksana dengan EVOLUSI”.
Begitulah cerita di sekitar Kongres Nasional Pertama Centra Sarikat Islam 1916 di Bandung.
*Dicuplik dari buku “Bunga Rampai Dari Sejarah Jilid I” Karangan Mohammad Roem yang diterbitkan oleh Bulan Bintang Cetakan Pertama tahun 1972 dan cetakan keduanya tahun 1977.